8/02/2007

Perguruan tinggi dan gagalnya pendidikan

Bencana dan krisis datang terus silih berganti, seakan tidak pernah ada titik jenuh dan bosan iringi laju perubahan bangsa ini, satu kondisi yang tentunya bukanlah menjadi dambaan oleh setiap warga negara dan bangsa dimanapun dia berada tak terkecuali kita. Sebagai warga negara sekaligus mahkluk sosial, serta Berketuhanan Yang Mahas Esa, tentunya sudah menjadi satu keharusan untuk senantiasa bahu --membahu membangun bangsa ini, terlepas bagaiman cara merealisasikan seluruh ide pembangunan itu melalui kelompok atau perorangan Ada fenomena yang menarik dalam diri bangsa ini yang dalam hemat saya perlu untuk kita perbincangkan bersama dan kita cermati dan kemudian kita sikapi bersama-sama, atas nama satu bangsa, dan satu tanah air. Fenomena tersebut ialah potret Perguruan Tinggi yang dalam pelaksanaan mencerdaskan kehidupan bangsa telah bergeser dari paradigma yang semula dan menemukan sebuah kebuntuan dalam perjalananya.

Pergeseran itu terjadi disebabkan oleh ketidakmampuan masyarakat kita mengikuti laju perputaran sistem; sistem dunia, sistem globalisasi, dan banyak sistem-lainya, termasuk aparatur negara didalamnya.

Seperti diungkap dalam rublik kompas, pada tanggal 3 Februari 2003 halaman 13, tampak disana terpampang sedikit ulasan berkisar tentang "kegagalan perguruan tinggi dalam menciptaan pemimpin bangsa yang berkualitas, seperti yang diungkapkan oleh Prof Dr Sofian Efendi Rektor Universitas Gajah Mada Yogjakarta, yang mengungkapkan bahwa dunia perguruan tinggi belum memiliki kekuatan moral yang kuat dan menjadi panutan masyarakat, dikarenakan masyarakat kampus belum mampu menunjukan, dan mengembangkan dirinya sebagai masyarakat yang dengan model idealnya, model ideal menyoal masyarakat madani yang berketuhanan, demokratis, beradab dan bertanggung jawab, tentunya dengan mengedepankan supremasi hukum didalamnya.

Seiring dengan kondisi diatas, berbagai pertanyaan dan statmen muncul dari berbagai pihak, baik dari masyarakat kampus sebagai obyek pendidikan atau juga masyarakat kebanyakan pada umumnya, adalah masyarakat yang jauh dari persentuhan pendidikan Formal seperti halnya kampus dan PT. Sebagai institusi pendidikan yang berkiblat pada pembangunan dan perubahan, tentunya satu hal yang harus dilakukan adalah mendidik dan mencerdaskan masyarakat kampus dari belenggu/tirani, dan menempatkan (PT) sebagai wahana untuk mengembangkan kreatifitas hidup dan menyiapkan generasi-generasi bangsa yang nantinya akan melakukan proses perubahan bangsa ini, dengan demikian kematian serta kehancuran suatu bangsa bisa terminimalisir sedemikian rupa.

Namun sayang。K realitas yang terjadi tidaklah seperti yang kita inginkan bersama, dan acapkali sadar atau tidak melibatkan kita dalam proses percepatan kehancuran tersebut. Dalam kondisi tersebut pertanyaan yang pantas untuk kemudian di munculkan, dan seringkali menghantui sebagian masyarakat kita, adalah menyoal dimana posisi PT sebagai Proyek kebangsaan dan Proyek yayasan?.

Pandangan kita boleh berubah, tapi paradigma kita tidak boleh bergeser atau bahklan mati! Sebab ada banyak hal yang akibat dari kematian paradigma tersebut, dan menyangkut kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.

Ilmu pengetahuan tidak memberikan kontribusi yang konkrit pada masyarakat, karna ilmu pengetahuan hanya berputar pada lingkaran teori yang seringkali jauh dari realitas yang terjadi dan akhirmya terbentur pada putaran realitasi itu sendiri, hingga berefek pada pergeseran paradigma Pendidikanitu yang tidaklagi membebaskan dan mencerdaskan seperti banyak dibayangkan oleh masyarakat

Sebuah jawaban atas berbagai permasalahan diatas tentunya akan kita temukan ketika pemaknaan akan ranah kebangsaan ini semakin lama semakin memudar. Sebuah pemaknaan yang kabur diterjang oleh gelombang modernisme, globalisasi dan dengan isue pasar bebasnya.

Beberapa alternatif permasalahan diatas saat ini memang belum ada, yang menyjadi penyebab tidak adanya alternatif itu ialah pertama krisis sosial, ekonomi dan politik yang semakin tidak pasti. Kedua lemahnya kemauaan sebagian masyarakat terlebih aparatur negara yang dalam penyikapan hal diatas selalu tidak terkonsentrasi dan tersistematis. terlepas dari itu, bukan berarti munculnya perubahan dan kembalinya pergeseran paradigma pada tempatnya itu menipis, ada banyak hal yang bisa kita lakukan bersama untuk beberapa waktu yang akan datang guna mencapai cita dan harapan akan munculnya generasi-generasi bangsa, yang tidak hanya berkualitas tinggi akan tetapi berkualitas, dengan didikasi yang tinggi.

Ada beberapa hal yang dalam hemat saya menjadi hal yang urgen untuk segera di sikapi dan dilakukan. Hal tersebut sangat berkaitan erat dengan kerangka pikir masyarakat kita, kerangka pikir yang cenderung parsial, sebagai hasil produk rezim masa lalu dan tentunya akan memakan waktu yang relatif lama pun biaya yang tidak murah tentunya.

Singkatnya, yang harus dilakukan bersama adalah bersama-sama kita melakukan tranformasi wacana akan pentingnya pendidikan suatu bangsa, dengan cara memisahkan antara pendidikan sebagai proyek kebangsaan, yang dengan tanggung jawab didalamnya serta meminimalisir, dengan tidak melegitimasi Institusi pendidikan sebagai proyek yayasan yang selalu menitik beratkan pada besar, kecilnya sebuah anggaran pendidikan, akan tetapi lebih bersifat privacy dan selalu menghitung untung dan rugi.

Kedua hal diatas setidaknya akan memberikan gambaran awal untuk kita melakukan refleksi sosial dan kemudian melakukan apa yang harus dilakukan, baiksebagai masyarakat pribadi, dan masyarakat dalam bentuk kelompok-kelompok sosial (Smal Group-smal group)- dengan mencoba untuk mengembalikan paragigma itu sebagai paradigma yang mencerdaskan dan membebaskan lagi-lagi saya tegaskan disini paradigma yang membebaskan dan mencerdaskan serta bukan paradigma yang tumpul.

Sebuah model dan mekanisme mengembalikan paradigma tersebut ialah dengan cara menggiring arus balik paradigma itu sendiri, dengan kata lain merubah paradigma lama dengan paradigma yang baru, dengan tidak menghilangkan pokok-pokok pikiran paradigma lama, akan tetapi mengikutsertakannya dalam proses kebangsaan, sebagai langkah awal menumbuh kembangkan nationalisme berbangsa dan bernegara

0 Comments:

 
ss_blog_claim=c4f1c8c20848112b99380e071226db1c